Rupiah Perkasa, Dolar Kini Sentuh Level Rp15.000!

Petugas menghitung uang dolar di tempat penukaran uang Dolarindo, Melawai, Blok M, Jakarta, Senin, (7/11/ 2022)
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Rupiah terus melanjutkan keperkasaan-nya di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) menyentuh level Rp15.000 mendekati posisi terkuat lebih dari setahun lalu.

Melansir dari Refinitiv, mata uang Garuda ditutup di angka Rp15.095/US$ pada perdagangan hari ini, Rabu (25/9/2024), melesat 0,56% dari penutupan sebelumnya. Rupiah berhasil menyentuh posisi terkuatnya sejak 31 Juli 2023.

Bersamaan dengan penguatan rupiah, indeks dolar AS (DXY) terpantau bergerak melemah ke titik 100,39 dengan penurunan sebesar 0,07%.

Nilai tukar rupiah melesat pada penutupan hari ini, didorong oleh sentimen dari negeri Paman Sama, di manan The Conference Board melaporkan penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) AS sebesar 6,9 poin menjadi 98,7, penurunan terbesar sejak Agustus 2021.

Melemahnya kepercayaan konsumen AS ini membuat pasar memprediksi bahwa The Fed mungkin akan menurunkan suku bunga lebih lanjut, ini akan menekan dolar yang kemudian akan membuat aliran dana asing kembali mengalir deras ke Tanah Air.

Ekspektasi konsumen terhadap ekonomi AS dalam enam bulan ke depan turun menjadi 81,7, mencerminkan pesimisme yang kian meningkat. Kondisi ini diperburuk oleh pasar tenaga kerja yang melemah dan tingginya biaya hidup. Tekanan ini membuat konsumen AS lebih menahan belanja mereka, yang berdampak pada melemahnya dolar AS.

Dari sisi eksternal, sentimen positif bagi rupiah juga datang dari China. Bank Sentral China (PBoC) mengumumkan stimulus moneter besar-besaran, termasuk pemangkasan giro wajib minimum sebesar 50 basis poin dan suku bunga repo tujuh hari menjadi 1,5%.

Kebijakan ini diharapkan membantu mendorong perekonomian China yang sedang tertekan, memberikan dampak positif bagi perdagangan global dan mendukung penguatan rupiah.

Langkah PBoC ini memberikan kelonggaran bagi sektor properti dan rumah tangga di China, meskipun ada kekhawatiran terkait profitabilitas perbankan. Kombinasi sentimen negatif dari AS dan stimulus dari China menciptakan momentum positif bagi rupiah.

kas138

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*