Negara Ini Bisa Jadi Medan Perang Baru di Timur Tengah

Bendera negara Irak. (AP Photo/Hadi Mizban)

Irak bisa jadi medan baru pertempuran di Timur Tengah (Timteng). Hal ini dimuat The Economist dalam laporan khususnya, dikutip Senin (18/11/2024).

Itu lantaran keterlibatan milisi Irak yang pro Iran menyerang Israel. Hal ini dilakukan sejak 8 November lalu.

Di sisi lain, menurut laman itu, ini juga bisa terjadi lantaran pemerintah Irak yang kurangnya memiliki kendali atas wilayah mereka sendiri. Israel mengatakan Iran menyalurkan persediaan baru rudal jarak jauh dan pesawat tanpa awak peledak ke milisinya di sana.

Pemerintah bukannya tak menyadari ini. Sejumlah cara bahkan dilakukan.

“Untuk saat ini, Irak mengandalkan diplomasi untuk menyelamatkannya,” demikian laporan tersebut.

“Pada tanggal 10 November, penasihat keamanan nasionalnya pergi ke Iran untuk berunding dengan Pasukan Quds, sayap operasi luar negeri Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), pengawal praetorian Iran. Ia mendesak bosnya untuk tidak melibatkan Irak dalam rencana Iran untuk menyerang Israel sebagai balasan atas serangan udaranya pada tanggal 26 Oktober,” tambahnya.

Perdana Menteri (PM) Irak Muhammad al-Sudani, juga bertemu dengan Putra Mahkota Arab Saudi, Muhammad bin Salman (MBS) di Riyadh untuk membahas cara mencegah perang menyebar. Sementara itu, ulama terkemuka negara itu, Ayatollah Ali al-Sistani, memerintahkan negara Irak untuk mengambil alih kendali senjata milisi.

Membersihkan Diri dari Asing

Sebenarnya, masih melansir laman yang sama, orang Irak telah lama berusaha membersihkan negara mereka dari pasukan asing, baik Amerika maupun Iran. Namun mereka gagal melakukannya.

Alih-alih memisahkan diri dari Amerika atau Iran, sebenarnya banyak faksi-faksi Irak lebih memilih untuk tidak ikut ke mana-mana. Namin memanh ada sebagian kelompok, terutama di wilayah basis kota-kota suci Syiah yang cenderung reaktif ke Israel.

“Kelompok-kelompok ini hanyalah penjahat dan pencuri,” kata seorang lulusan salah satu seminari bernama Sistani.

“Semua orang Irak tahu bahwa mereka hanyalah karyawan Iran,” tambahnya.

Upaya Amerika

Di sisi lain, Amerika juga telah berupaya menjauhkan Irak dari pengaruh Iran. Pada 11 November misalnya, pasukan Amerika menyerang milisi pro-Iran di Suriah, dekat perbatasan Irak.

“Donald Trump, setelah menjadi presiden, mungkin akan bertindak lebih jauh. Selama masa jabatan terakhirnya, ia memerintahkan pembunuhan komandan PMF saat itu, Abu Mahdi al-Muhandis, dan jenderal tertinggi Iran, Qassem Suleimani, di Baghdad,” muat analisis laman itu lagi,

“Yang tidak kalah mengkhawatirkan bagi Irak, para penasihat Trump mungkin mempertimbangkan sanksi terhadapnya. Sejak tahun 2003, Irak telah menyimpan pendapatan minyaknya di rekening escrow di New York. Trump, menurut seorang pengamat Irak baru-baru ini di Washington, mungkin mengincar hal tersebut,” jelas laman itu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*