Kakao dan olahannya atau yang termasuk ke dalam golongan kode HS 18 mengalami peningkatan ekspor pada periode Januari sampai dengan Oktober 2024.
Mengutip catatan Badan Pusat Statistik (BPS) nilai ekspor kakao selama 10 bulan ini mencapai US$ 2,01 miliar atau naik hingga 104,58% dibanding catatan pada periode yang sama tahun lalu senilai US$ 980 juta.
Meroketnya nilai ekspor kakao Indonesia itu dipicu oleh tingginya harga rata-rata kakao selama 2024. Rata-rata harga kakao Januari-Oktober 2024 di pasar internasional senilai US$ 6,97/kg atau naik 112,58% dibanding harga rata-rata selama 2023 yang hanya senilai US$ 3,28/kg.
Sejak 2019-2022, harga rata-rata kakao di pasar internasional sebetulnya hanya bergerak di kisaran atas US$ 2,30/kg, seperti pada 2019 di level US$ 2,34/kg, 2020 menjadi US$ 2,37, 2021 naik tipis ke US$ 2,43, dan pada 2022 turun menjadi US$ 2,39 sebelum akhirnya pada 2023 bergerak ke level US$ 3,28.
Sementara itu, dari sisi volume sebetulnya ekspor kakao naik tipis. Pada periode Januari-Oktober 2024 seberat 288,25 ribu ton, atau naik 1,92% dibanding Januari-Oktober 2023 seberat 282,82 ribut ton.
“Dengan demikian kenaikan harga kakao di tambah pengikatan volume itu menyebabkan jadi salah satu faktor yang sebabkan kenaikan nilai ekspor kakao,” ungkap Amalia.