1 September RI Bakal Punya BBM Baru, Ternyata dari Kilang Ini

Foto: dok Pertamina

Pemerintah bakal meluncurkan produk Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar baru pada 1 September 2024 ini. Produk BBM rendah sulfur tersebut nantinya akan berasal dari unit Kilang Balongan milik PT Kilang Pertamina Internasional (KPI).

Direktur Utama KPI Taufik Aditiyawarman menyebut pihaknya mengupayakan agar pada 1 September mendatang terdapat produk BBM yang mempunyai kandungan rendah sulfur. Bahkan perusahaan siap memasok 900 ribu barel per bulan untuk BBM baru ini.

“1 September diusahakan ada low sulfur diesel untuk daerah DKI dan sekitarnya. Ditanya kapasitas ke kita, ya adanya kapasitas di Balongan yang paling mudah by pipe kan. Pakai pipa dari Balongan ke Plumpang nanti distribusinya di situ,” kata Taufik saat ditemui di Kantor RDMP Balikpapan PT KPI, Kalimantan Timur, dikutip Senin (12/8/2024)

Meski demikian, Taufik menjelaskan pihaknya perlu melaraskan kembali terkait tambahan biaya atas distribusi BBM rendah sulfur tersebut. “Dari situ yang harus dikompensasikan. Ini yang lagi digodok antar kementerian, lintas kementerian keputusannya. Tapi apapun keputusan pemerintah kan kita harus jalani,” ujarnya.

Sebelumnya, Plt. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana mengatakan bahwa peluncuran produk BBM baru ini tak terlepas dari keinginan pemerintah, terutama untuk menghadirkan BBM yang lebih ramah lingkungan.

“Kita kan sekarang belum memutuskan seperti apa nih. Tapi bahwa pemerintah berkeinginan untuk menyediakan BBM yang semakin bersih,” jawab Dadan saat ditanya apakah BBM baru tersebut akan disubsidi oleh pemerintah, saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, dikutip Selasa (30/7/2024).

Meski begitu, pemerintah akan terus memastikan bahwa dari sisi suplai ada, dan terjangkau bagi masyarakat untuk membeli BBM tersebut.

Secara global, semakin rendah sulfur yang terkandung dalam BBM maka harga keekonomiannya akan menyesuaikan kualitas yang ada di dalamnya. Dadan mengatakan pihaknya masih harus memastikan bagaimana skema penjualan BBM yang baru tersebut.

“Kalau solar yang sulfurnya sekian, dengan yang 50, dengan yang (sulfurnya) 10. Memang, kan dimana-mana juga akan makin bagus harganya, menyesuaikannya di situ. Jadi ini lagi memastikan itu tuh suplainya kapan siapnya, suplainya sebesar apa, sarananya seperti apa, kemudian daerahnya di mana. Ini lagi dipastikan, termasuk keekonomiannya,” kata Dadan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*